Monday, March 18, 2013

Menjadi Orang Tua


Ini hadiah ulang tahunmu tahun ini.

Saya menerima sebuah amplop polos berwarna putih dan mulai membukanya ketika dia sudah pulang. Ada brosur dan secarik kertas. Saya perhatikan lagi bagian dalam amplop tanpa perekat itu, mungkin masih ada hadiah yang tertinggal di ujung lipatannya. Tidak ada apapun.

Saya kembali dihadapkan pada momen ulang tahun. Ke dua puluh dua. Detik itu, saya sedikit kecewa karena hanya dihadiahi dua lembar kertas penuh kalimat yang ditulis dengan tinta hitam dan sebuah brosur.  Tanpa membaca sampul depannya, saya menaruh brosur itu di meja kaca yang ada dihadapan saya, dan meski enggan, saya tetap memilih surat dua lembar itu dan mulai membacanya. Keengganan saya beralasan. Sudah saya duga, tak ada yang spesial. Hanya ucapan selamat, doa-doa yang dipanjatkan, dan…

Empat alinea terakhir katanya adalah “hadiah”nya. Ada kaitannya dengan brosur yang tadi tak saya pandang sedikitpun. saya habisi empat alinea yang tersisa dari surat itu dan langsung mengambil brosur yang masih rapi di atas meja. Rupanya Brosur Rumah Zakat tentang Program Orang Tua Asuh. Saya baca dengan seksama brosur lipat tiga itu. Intinya, di program itu, kita akan menjadi orang tua asuh yang memberi beasiswa per bulan kepada anak-anak kurang mampu di Banda Aceh dan Aceh Besar. Pilihannya tergantung dengan jumlah anak dan tingkat sekolahnya. Saya terus membaca brosur itu sampai habis dan tak lama saya menitikkan air mata. I have had lots fancy stuff my parents gave. Not even on birthday moment. Sometimes all I have to do is ask. They’ll give me.

Selang satu hari, saya menghubunginya dan bersedia menjadi orang tua asuh yang memberikan beasiswa kepada anak-anak kurang mampu. Sekejap itu juga, saya merasa “hadiah” darinya merupakan salah satu hadiah terbaik yang pernah saya terima diulang tahun saya. Hadiahnya adalah sebuah kesadaran, bahwa bahagia itu adalah ketika kita membuat orang lain bahagia. Saya berterimakasih sekali padanya. Semoga rahmat Allah selalu tercurah untuknya dan keluarganya.

Sudah enam bulan, saya menjadi orang tua asuh. Semingu yang lalu, saya baru menerima kopi-an rapor anak saya yang bernama Lisa Hayatul Khairi yang masih duduk di kelas 6 SD Cot Keueung. Saya bangga karena nilai-nilai akademisnya bagus, hafalan surat-surat di Al Qur’an sudah lebih dari sepuluh dan dia menjadi salah satu murid yang di senangi oleh guru-guru di sekolah. Lebih dari itu, saya mendapat surat lagi. Surat cintanya. Ditulis langsung dari tangannya.
Wajah Anak Asuh Saya
 
Saya baca surat itu dan tangis saya kembali tumpah. Dia mendoakan kesehatan dan keberkahan rezeki untuk saya. Tidak ada hal yang lebih bahagia ketika membaca  pinta-pinta kebaikan dan keselamatan dari anak asuh saya.  Meski saya tak pernah bertemu langsung, saya merasa dekat sekali dengannya. Kuasa Allah-lah yang mempersatukan hati-hati hambaNya. 
Suratnya :)
Mulai detik ini, saya berjanji kepada diri saya sendiri, bahwa saya harus menjadi orang sukses dan mendapatkan pekerjaan yang layak. Saya harus membantu orang-orang tak mampu yang berada di sekitar saya. Saya memang belum cukup baik dalam beribadah, dan saya tidak tahu amal ibadah saya yang mana yang akan diterima oleh Allah, tetapi berbagi dengan sesama adalah hal terbaik yang pernah saya lakukan dan saya bersyukur sekali Allah berikan saya kesempatan untuk “memeluk” anak-anak kurang mampu itu.

5 comments:

adekkk... I lost my words reading this! Semoga tetap istiqamah menjadi orang tua, salut buat adek, ^^

wawak carah: makasi wak :*

kak ziza: yep. if im not that useful person, i won't forgive my self :D

kyknya sarah ga komen deh wak :D

dear bude yang syantik... maapin kami yg selama ini mengira ini akunnya wawak sarah. kalian jago kali edit poto sih, tampak sekurus sarah :/

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More